Pesona dan keindahan AlQur’an Adalah Nur dan kehidupan setiap Muslim, Rembulan mungkin kecintaan lainnya Bagi kami yang terkasih Al-Qur’an semata. Telah kucari ke berbagai penjuru Tak bersua sama sekali tandingannya, Bagaimana tidak ada padanannya Ia adalah Kalam Suci Tuhan yang Maha Kaya. Setiap kata di dalamnya berisi kehidupan Dan sumber mata air tak berkesudahan, Tak ada kebun yang demikian indah Tidak juga taman serupanya. Kalam Allah yang Maha Pengasih Tak ada bandingannya, Meski mutiara dari Oman Atau pun mirah dari Badakshan. Gimana mungkin kata manusia Bisa mengimbangi Kalam Ilahi? Di sini kekuatan samawi, di sana tanpa daya, Bedanya demikian nyata. Dalam pengetahuan dan kefasihan Gimana mungkin manusia mengimbangi-Nya? Padahal para malaikat pun Tak berdaya di hadirat-Nya. Bahkan kaki serangga kecil pun Tak mampu manusia mencipta, Gimana mungkin baginya Mencipta Nur sang Maha Perkasa? Wahai manusia, perhatikanlah Keagungan Tuhan yang Maha Akbar Kendalikan lidah kalian Jika ada sedikit saja keimanan kalian. Menganggap ada yang sama dengan Tuhan Adalah kekafiran pada puncaknya, Takutlah kepada Tuhan, wahai sayangku Betapa dusta dan fitnah hal ini. Jika kalian menerima Ketauhidan Ilahi Mengapa hati kalian berisi penuh berhala? Tabir kegelapan apa yang telah menyelimuti hati kalian. Sesungguhnya kalian telah berdosa Bertaubatlah, jika kalian takut kepada Allah. Aku tidak mengharapkan buruk bagi kalian, saudaraku Ini hanyalah nasihat sederhana Hati dan jiwaku adalah persembahan bagi Siapa pun yang berhati mulia. (Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 198-204, London, 1984). * * * Nur dari Al-Furqan Adalah yang paling cemerlang dari semua sinar, Maha Suci Dia yang dari-Nya Mengalir sungai nur ruhani. Pohon keimanan dalam Ketauhidan Ilahi Sudah hampir meranggas kering Ketika tiba mata air murni ini Muncul dari ketiadaan. Ya Allah, Furqan-Mu sendiri adalah alam hakiki Yang berisi segala yang dibutuhkan makhluk ini. Telah kucari ke seluruh dunia, Telah kutelusuri semua tempat niaga Yang kutemukan adalah piala satu ini Berisi ilmu hakiki sang Ilahi. Tak ada padanan Nur ini Di segenap penjuru bumi Fitratnya unik dalam segala hal Tanpa tanding di segala bidang. Semula kukira bahwa Furqan serupa dengan tongkat Musa, Setelah kurenungi mendalam nyatanya Setiap katanya adalah al-Masih. Jika buta mata mereka Itu kesalahan mereka sendiri, Padahal Nur ini telah bersinar Seterang seratus mentari. Betapa menyedihkan kehidupan Umat manusia di dunia, Yang hatinya tetap membuta Meski tersedia Nur hakiki ini. (Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 305-306, London, 1984). |